This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 11 April 2014

Kalah, Pendukung Ngamuk....

Kamis (10/4) kemarin, Kota Nabire, Papua, mencekam sejak pagi hingga sore. Pasca penghitungan suara TPS 10 Perumahan Satpol PP, Kelurahan Wonorejo, Distrik Nabire Barat, massa mengamuk. Mereka merusak pangkalan ojek dan kantor kepala desa.

Puluhan orang memalang satu-satunya jalan raya di kawasan tersebut setelah caleg yang didukungnya kalah suara. Tak sekadar merusak fasilitas umum, massa juga sempat mengancam petugas TPS dan ketua RT setempat agar perolehan suara caleg yang didukungnya mendapatkan suara lebih banyak.

"Beberapa orang masuk rumah sakit," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo.� ketika dihubungi melalui telepon selulernya.

Warga setempat ketakutan. Mereka tak berani keluar rumah. Situasi mereda setelah aparat keamanan bersiaga di lokasi.

Gagal, Caleg Demokrat Minta Kompor Gasnya Dikembalikan

Jumat, 11 April 2014 | 16:43 WIB
Zaenal, warga Parepare yang membanting kompor pemberian oleh tim salah satu caleg asal Demokrat,setelah diminta paksa.

PAREPARE, KOMPAS.com — Karena sudah yakin tak bakal lolos, Andi Farida Soewandi, caleg DPRD asal Demokrat di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, meminta kembali kompor gas yang pernah dibagikan ke puluhan warga di Kelurahan Batang Rappe, Kecamatan Bacukiki, tiga hari sebelum hari pencoblosan. Zaenal, salah seorang warga, mengemukakan, kompor dari tim caleg gagal tersebut diterimanya dengan kesepakatan bahwa dia harus mencoblos caleg tersebut pada hari pencoblosan.

"Padahal saya coblos caleg itu. Tapi tidak puas dan mengharuskan saya dengan istri ikut coblos caleg yang sama. Lah bagaimana, kita juga sudah terima pemberian dari caleg lain, jadi kami bagilah suara. Apalagi tidak ada perjanjian harus lebih satu suara," katanya, Jumat (11/4/2014).

Zaenal mengaku, saat kompor gas tersebut ditarik, dia tengah melayani pelanggannya yang hendak minum kopi.

"Saya bersama istri sedang masak pakai kompor pemberian caleg tersebut. Tiba-tiba salah seorang tim caleg datang meminta agar kami mengembalikan kompor tersebut. Padahal, kompornya tengah kami pakai buat masak air karena kami ada pelanggan yang pesan kopi," ujarnya.

Karena merasa dipermalukan, Zaenal mengaku marah dan langsung membanting kompor tersebut di depan tim caleg tersebut.

"Saya jengkel karena dipermalukan. Makanya saya banting kompornya. Saya diancam dilapor ke polisi, tapi saya tidak takut," tekannya.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Kompas.com, caleg tersebut membagikan sekitar 50 kompor gas kepada warga yang tersebar di 3 TPS berbeda, yakni di TPS 11, 13, dan 14. Hingga diturunkannya berita ini, belum ada konfirmasi dengan pihak caleg bersangkutan karena sulit dihubungi.


http://regional.kompas.com/read/2014/04/11/1643342/Gagal.Caleg.Demokrat.Minta.Kompor.Gasnya.Dikembalikan

Caleg Gagal di Empatlawang Mulai Alami Tekanan Jiwa

TRIBUNNEWS.COM, TEBINGTINGGI - Rekapitulasi suara Pileg 9 April lalu yang sudah selesai di tingkat Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan belum adanya penetapan dari KPU Empatlawang, sudah menunjukan tekanan jiwa pada caleg gagal. Bahkan pihak KPU Empatlawang meyakini caleg gagal akan mengalami tekanan jiwa (stres), hanya saja tergantung besar dan kecilnya tekanan tersebut.
Informasi yang dihimpun Sriwijaya Post (Tribunnews.com Network), Jumat (11/4/2014), beberapa caleg yang gagal meraih banyak suara untuk mencukupi kuota, sudah mulai mengalami tekanan jiwa. Hal ini karena mereka sudah habis-habisan, sampai melelang harta benda yang dimiliki, seperti kendaraan, tanah bahkan rumah. Tidak sedikit juga yang mulai menarik kembali bantuan yang telah diberikan berupa barang, bahkan uang.
"Wajar kalau mereka stres, karena sudah banyak harta benda terjual, rumah tergadai untuk biaya pencalonan. Seperti caleg di Pendopo, saat ini hanya berdiam di rumah, dengan kondisi badan sudah memilukan, mata memerah," ungkap salah seorang warga Pendopo yang meminta namanya tidak disebutkan.
Sebelumnya, Ketua KPU Empatlawang, A Rivai Avin didampingi komisioner Divisi Hukum, SDM dan Pengawasan, A Majid dan Sekretaris, M Mursadi ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (10/4/2014) lalu mengatakan, caleg gagal dipastikan stres, tergantung dengan tingkatannya, besar tidaknya stresnya.
"Dari 355 caleg, sebanyak 320 caleg akan stres, karena kuota 35 kursi. Ya, tinggal besar atau tidaknya stres yang dialami," ungkap A Majid sembari bercanda.
Ditambahkannya, agenda pleno tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dijadwalkan tanggal 13 hingga 15 April dan pleno tingkat KPUD diagendakan tanggal 19 hingga 20 April. Karenanya, pihaknya belum bisa menyampaikan hasil rekapan perhitungannya.
"Sekarang baru selesai di tingkat PPS, di tingkat PPK juga belum. Jadi, kami belum bisa menyampaikan, hasil perhitungannya, apalagi siapa yang akan duduk, namun yang pastinya caleg sudah bisa memprediksikan duduk atau tidaknya, karena mereka memiliki saksi-saksi setiap TPS-nya," terangnya.

http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/11/caleg-gagal-di-empatlawang-mulai-alami-tekanan-jiwa

Akhirnya, caleg stres mulai bermunculan!

Baru sehari pascapemilu legislatif, sejumlah caleg stres mulai bermunculan. Witarsa, misalnya, dibawa anggota keluarganya ke sebuah padepokan di Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Demokrat untuk Dapil Jabar X ini mengalami stres akibat perolehan suaranya sangat minim, sehingga gagal menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Padahal, modal yang dikeluarkannya sangat besar.

Kabar mengenai caleg stres ini dimunculkan TVOne, Kamis (10/4) dinihari, kemudian videonya menyebar di youtube sejak pagi tadi.
caleg stres mulai bermunculan
Witarsa masih mengenakan seragam partai saat dimandikan.
-
Ketika dibawa ke padepokan di Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Witarsa masih mengenakan seragam Partai Demokrat. Dia menjalani pengobatan di padepokan dengan cara dimandikan dulu, lantas dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran.
caleg stres mulai bermunculan
Usai dimandikan, di bawa ke ruang terapi Pak Kiai.
-
Saat menjalani pengobatan, Witarsa bahkan sempat menangis. Dia mengaku stres karena perolehan suara untuknya sangat minim. Padahal, modal yang dikeluarkan sangat besar.
caleg stres mulai bermunculan
Witarsa menangis saat menjalani pengobatan oleh Ustadz Ujang Bustomi.
caleg stres mulai bermunculan
Ustadz Ujang Bustomi mengobati Witarsa melalui pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran.
caleg stres mulai bermunculan
Usai diterapi, Witarsa diminta istirahat dulu.
-
Berikut ini video saat Witarsa menjalani pengobatan di sebuah padepokan di Cirebon:
-
Nekat mencuri kotak suara
Lain lagi gejala stres yang diduga dialami caleg dari PKS, Muhammad Taufiq (50). Kecewa dan marah perolehan suaranya minim, pria ini ditemani Asmad (50) tiba-tiba keluar dari rumah dan mendatangi TPS 2 Dusun Cekocek, Desa Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang.
Saat itu, Rabu (9/4) sore pukul 15.45, petugas baru saja merampungkan penghitungan suara. Tanpa ba-bi-bu lagi, Taufiq dan Asmad langsung mengambil paksa sebuah kotak suara di TPS tersebut.
“Merasa tidak puas dengan hasil perhitungan suara, kedua pelaku pergi ke TKP dan mengambil kotak suara secara paksa, kemudian dibawa ke rumah Saudara Taufik,” ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie, Kamis (10/4/). Kedua pelaku kemudian diamankan Panwascam Tambelangan.
Di berbagai wilayah lain di Indonesia, kasus serupa pasti juga terjadi, meski dengan kadar stres serta bentuk ekspresi yang berbeda-beda.
Kita semua tentu sangat prihatin dengan kejadian ini. Mestinya, setiap partai politik juga melakukan screening kejiwaan yang ketat terhadap bakal caleg sebelum mengajukan pendaftaran.
Para caleg pun mestinya sejak awal sudah menyiapkan mental, bahwa ada kemungkinan dia menang dan kalah. Kalau sejak awal cemas bakal kalah, ya ndak perlu mendaftar jadi caleg, serta nggak perlu mengeluarkan modal besar untuk “membeli” suara rakyat.


sumber

CALEG MINTA SUMBANGAN KE MASJID DI KEMBALIKAN... (GILAAA....)

Sejumlah Caleg Minta Kembali Sumbangan untuk Masjid 

 

Muhammad Daming, bendahara Masjid Al Aqsha, mengaku pihaknya menerima sumbangan dari sejumlah caleg dengan total Rp 7,5 juta.
POLEWALI MANDAR, Baranews.co — Panitia renovasi Masjid Al Aqsha di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, kebingungan lantaran harus mengembalikan uang sumbangan dari sejumlah calon anggota legislatif yang diduga gagal. Padahal, uang tersebut sudah masuk ke kas masjid dan diumumkan ke publik.

Muhammad Daming, bendahara Masjid Al Aqsha, mengaku pihaknya menerima sumbangan dari sejumlah caleg dengan total Rp 7,5 juta. Namun setelah pemungutan suara pada 9 April kemarin, tiba-tiba sejumlah caleg meminta agar uang sumbangan itu dikembalikan.

"Sumbangannya sudah dimasukkan ke kas dan diumumkan ke publik bahwa ada caleg yang menyumbang ke masjid. (Namun) saya heran ternyata (sumbangan) diminta kembali," ujar Muhammad Daming kepada Kompas.com, Jumat (11/4/2014).

Menurut Daming, kendati sumbangan tersebut telah dialokasikan untuk renovasi Masjid Al Aqsha yang kini tengah berjalan, pihaknya siap mengembalikan uang tersebut.

"Hanya saja syaratnya, saat pengembalian, semua pengurus masjid, tim sukses, dan caleg bersangkutan duduk satu lokasi agar tak menimbulkan fitnah di kemudian hari," ucap Daming.

Rekan Daming yang juga panitia renovasi masjid, Yadi, mengaku heran, dana sumbangan yang semula diberikan sang caleg sebelum pemilu dengan alasan ikhlas membantu renovasi, belakangan ternyata diminta kembali.

Yadi bingung dan tak mengerti, apa alasan sang caleg meminta sumbangannya dikembalikan.

“Kalau ikhlas menyumbang ke masjid, mestinya tak diminta kembali. Kan sudah disumbangkan dan diumumkan secara terbuka,” kata Yadi.

Baik Muhammad Daming maupun Yadi menyatakan sepakat mengembalikan sumbangan dengan pamrih tersebut kepada sejumlah caleg. Menurut mereka, sejumlah pengurus masjid lainnya pun merasa malu dengan ulah para caleg tersebut. (Junaedi/Kompas/if)